AR-RANIRY| Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh menggelar seminar nasional tentang radikalisme dan intoleransi dalam dunia kampus, kegiatan yang diberi tema “Melawan Radikalisme di Era Revolusi Industri 4.0” berlangsung, Kamis (24/10/2019) di Aula lantai III gedung Rektorat UIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam.
Wakil Dekan bidang Akademik dan Kelembangaan FTK UIN Ar-Raniry, Mustafa AR, Ph.D disela-sela kegiatan mengatakan, kegiatan seminar tersebut belnagsung atas kerja sama yang dilakukan FTK dengan lembaga dan institusi yang linier.
“Kita dapat menyejukkan suasana yang dianggap secara sosiologi masih kurang tepat, adanya faham-faham atau aliran-aliran yang dipandang tidak sesuai dengan point of view dari masyarakat luas, yakni kegiatan yang melawan dari pada kearifan lokal ataupun secara prinsip keagamaan,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai akademisi, UIN Ar-Raniry perlu mencari solusi yang soft dan lembut dalam melawan radikalisme dan terorisme dalam masyarakat.
Menurutnya, seminar tersebut diharapkan mampu memperkaya ilmu pengetahuan tentang bahaya radiklisme dan terosrisme dan dapat mengambil hikmah serta dapat membuat kampus lebih nyaman.
“Artinya tidak ada kecurigaan pihak-pihak terhadap kampus, menjadikan kampus lebih islami dan lebih demokrasi serta lebih indah, baik yang dilihat secara langsung meupun bagi masyarakat kampus sendiri,” kata Mustafa.
Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Dr. Mujakir, M.Pd, Si mengatakan, bahwa UIN Ar-Raniry yang merupakan salah satu kampus terbesar di Indonesia sudah seharusnya memikirkan dan melaksanakan kegiatan –kegiatan yang dapat menghindari kegiatan-kegiatan islam radikal.
“Seminar tersebut merupakan salah satu media untuk memberikan pemahaman kepada civitas akademika dalam hal menyikapi isu tentang radikalisme dan intoleransi,” ujarnya.
Mujakir menambahkan, bahwa organisasi kemahaiswaan merupakan salah satu sarana yang efektik untuk mendisiminasikan kegiatan-kegiatan mencegah terjadinya hala-hal yang tidak diinginkan, “karena kita tahu bahwa dalam kampus juga satu kesempatan, disebabkan dengan latar belakang mahasiswanya sangat hitrogen”.
Oleh sebab itu kata Ketua Prodi Kimia, bahwa Kampus mencoba untuk menyambut baik niat dari Dirjen Diktis untuk mencegah masuknya faham radikalisme dan intoleransi di dunia kampus.
Seminar sehari tersebut diikuti oleh 250 peserta, yang terdiri dari mahasiswa FTK dan manyoritasnya merupakan mahasiswa prodi Pendidikan Kimia. Panitia mengundang narasumber antara lain Al Chaidar, M.Si, yakni pengamat teroris yang juga dosen dari Universitas Indonesia, Dr. Mukhlisuddin Ilyas, pakar dan penulis buku tentang terorisme asal Acehdan narasumber dari Binmas Polda Aceh. [Nat]